Tahun ini menandai peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara Vietnam dan Rusia.
Hanoi, Suarathailand- Vietnam tengah mengupayakan perundingan mendesak dengan Rusia dalam upaya untuk mempercepat program nuklirnya, dengan menandai adanya risiko terhadap tujuan negara tersebut untuk mengoperasikan reaktor pada akhir dekade ini.
Pemerintah telah meminta pihak berwenang untuk "segera menyelenggarakan perundingan" dengan Rusia guna melanjutkan penandatanganan perjanjian kerja sama investasi untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir Ninh Thuan 1 pada bulan Agustus, menurut pernyataan yang dimuat di situs web pemerintah Vietnam.
Vietnam menyetujui rencana pengembangan tenaga atom pada bulan Februari, menyusul perjanjian tidak mengikat mengenai kerja sama energi nuklir yang ditandatangani dengan Rusia bulan sebelumnya.
Negara Asia Tenggara tersebut mengesampingkan upaya sebelumnya pada tahun 2016 karena tingginya biaya konstruksi dan masalah keselamatan, tetapi meninjau kembali nuklir untuk memperkuat keamanan energinya dan memenuhi target pertumbuhan ekonomi.
Pihak berwenang juga diminta untuk bekerja sama erat dengan Jepang terkait kemungkinan melanjutkan kerja sama investasi pada proyek tenaga nuklir Ninh Thuan 2, sebelumnya diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2036 hingga 2040. Negara tersebut berupaya agar Ninh Thuan 1 beroperasi paling lambat sebelum akhir tahun 2031.
"Negosiasi dengan mitra untuk bekerja sama dalam investasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir masih lebih lambat dari yang dibutuhkan," kata pernyataan tersebut. Ada risiko terhadap "tujuan menyelesaikan pekerjaan investasi dan konstruksi sebelum 31 Desember 2030" sebagaimana diarahkan oleh perdana menteri.
Tahun ini menandai peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara Vietnam dan Rusia. Negara Asia Tenggara tersebut abstain dari kecaman terhadap perang Moskow di Ukraina, dan telah menyerukan diplomasi untuk menyelesaikan konflik tersebut. Tidak jelas apakah Vietnam berencana untuk mengimpor peralatan nuklir Rusia.