Khmer News melaporkan pada 23 Juli bahwa unit-unit militer Kamboja telah dimobilisasi di dekat perbatasan Thailand-Kamboja.
Kamboja, Suarathailand- Mantan PM Kamboja Hun Sen memperingatkan Thailand agar tidak melakukan agresi setelah Angkatan Darat Thailand mengaktifkan Operasi Chakrabongse Phuwanat, yang mencerminkan konflik Preah Vihear 2011.
Ledakan ranjau darat kedua dalam waktu kurang dari seminggu telah mengguncang perbatasan Thailand-Kamboja, melukai satu tentara Thailand secara serius dan melukai empat lainnya. Insiden tersebut terjadi pada sore hari tanggal 23 Juli 2025, di daerah Chong An Ma, distrik Nam Yuen, provinsi Ubon Ratchathani. Seorang tentara dilaporkan kehilangan satu kaki akibat ledakan tersebut.
Pihak berwenang Thailand menduga bahwa pasukan Kamboja mungkin telah secara diam-diam menanam ranjau darat anti-personel di daerah tersebut—sebuah tindakan yang melanggar Konvensi Ottawa, yang telah ditandatangani oleh Kamboja.
Menanggapi hal ini, Thailand telah meningkatkan sikapnya secara signifikan. Wilayah Angkatan Darat Kedua memerintahkan penutupan empat pos pemeriksaan perbatasan dan tempat-tempat keagamaan di bawah yurisdiksinya.
Selain itu, militer Thailand menerapkan Rencana Chakrabongse Bhuvanath, sebuah rencana kontingensi yang terakhir kali diaktifkan selama konflik Kuil Preah Vihear tahun 2011. Langkah-langkah tersebut resmi berlaku pada 24 Juli, di tengah meningkatnya ketegangan.
Menambah keresahan, Khmer News melaporkan pada 23 Juli bahwa unit-unit militer Kamboja telah dimobilisasi di dekat perbatasan Thailand-Kamboja. Mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen membuat pernyataan yang jarang terjadi dan konfrontatif, yang enandakan sikap garis keras.
“Kamboja sepenuhnya siap untuk bertempur,” tegas Hun Sen, memberikan peringatan kepada Thailand: “Jangan menyombongkan kekuatan militer Anda yang superior atau berpikir untuk menyerang Kamboja. Anda akan menghadapi pembalasan yang paling keras.”
Situasi masih belum stabil, dengan peningkatan kewaspadaan di kedua sisi perbatasan.