AS memberikan bantuan tahunan Rp61,9 triliun kepada Israel serta paket keamanan tambahan yang disahkan pada April 2024 dengan tambahan dana Rp141,7 triliun untuk Israel.
AS, Suarathailand- Seorang anggota DPR AS, Marjorie Taylor Greene, mengajukan amandemen guna membatalkan pendanaan sebesar 500 juta dolar AS (sekitar Rp8,15 triliun) yang dialokasikan untuk sistem pertahanan rudal Israel.
Kantor Berita Turki Anadolu melaporkan bahwa usulan politisi Partai Republik itu disebabkan oleh alasan tingginya biaya bantuan luar negeri di tengah meningkatnya utang nasional AS.
Greene mengajukan amandemen pada Kamis (17/7) dalam ajang perdebatan yang digelar di ruang sidang DPR mengenai paket alokasi anggaran Pentagon untuk tahun anggaran 2026 dalam rangka menyerukan pemangkasan dana bantuan untuk Israel.
"Amerika Serikat, rakyat Amerika memiliki utang sebesar 37 triliun dolar AS (Rp592 kuadriliun). Namun, kita terus mengirim ratusan miliar dolar dalam bentuk bantuan luar negeri ke berbagai negara. Ini harus dihentikan pada waktunya," kata Greene, yang berasal dari partai yang sama dengan Presiden Donald Trump.
"Amandem saya akan mencabut pendanaan sebesar 500 juta dolar AS (Rp8,1 triliun) untuk sistem pertahanan rudal Israel yang bersenjata nuklir, penting untuk menekankan hal itu. Israel adalah negara bersenjata nuklir yang sangat mampu membela diri mereka sendiri, dan mereka telah membuktikannya di panggung dunia," ucapnya.
Greene mencatat bahwa AS memberikan bantuan tahunan sebesar 3,8 miliar dolar AS (Rp61,9 triliun) kepada Israel serta paket keamanan tambahan yang disahkan pada April 2024 dengan tambahan dana sebesar 8,7 miliar dolar AS (Rp141,7 triliun) untuk Israel.
Dalam eskalasi baru-baru ini yaitu serangan Israel terhadap Iran, Greene mengatakan bahwa AS menggunakan sekitar 15-20 persen dari stok rudal pertahanan THAAD untuk melindungi Israel, yang menelan biaya lebih dari 800 juta dolar AS (Rp13,03 triliun).
"Saya juga ingin menyoroti bahwa Israel membom sebuah gereja Katolik di Gaza dan seluruh populasi sedang dimusnahkan seiring berlanjutnya perang agresif mereka di Gaza," tambahnya, merujuk pada serangan mematikan Israel terhadap Gereja Keluarga Kudus pada Kamis (17/7) yang menewaskan tiga orang dan melukai beberapa lainnya.
Israel merupakan penerima bantuan AS terbesar kedua setelah Ukraina.
Sejak tahun 1946 hingga 2024, Israel tercatat sebagai penerima bantuan AS terbesar sepanjang sejarah.