3 Ribu Perempuan Narathiwat Thailand Selatan Dilaporkan Jadi Korban KDRT

Suami kecanduan narkoba, menolak bekerja, dan bergabung dengan kelompok pelaku kekerasan.


Narathiwat, Suarathailand- Permasalahan kekerasan dalam rumah tangga terjadi di seluruh tanah air, namun salah satu daerah yang permasalahannya paling parah adalah di 3 provinsi perbatasan selatan. Sebanyak 3 ribu perempuan dilaporkan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di 3 wilayah ini.

Masalah yang paling umum di tiga daerah ini adalah perempuan dianiaya oleh suaminya. Di banyak keluarga, suami menolak bekerja, banyak yang kecanduan narkoba.

Selain itu, ada pula yang tersesat dan bergabung dengan kelompok kekerasan, sehingga menyebabkan perempuan harus menanggung beban berat sebagai ibu dan ayah, membesarkan anak, dan mencari nafkah untuk menghidupi keluarga.

Tidak ada bedanya dengan kehidupan remaja putri ini. Meski sudah bersuami, ia harus bersikap tak ubahnya seorang “single mother” karena suaminya kecanduan narkoba, tidak mau bekerja, bahkan menganiayanya.

Kisah seperti ini dilaporkan berulang kali terjadi pada ribuan keluarga di provinsi paling selatan.

Dulu, para perempuan tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa. Perempuan tidak bisa menceraikan suaminya, sehingga dia memohon dan menginginkan keputusan dari para pemuka agama, Imam atau Kantor Komite Islam Provinsi.

Salah seorang perempuan menceritakan kisahnya. Ia tak bisa minta cerai dari suaminya, “Aku harus bekerja untuk menghidupi anakku seorang diri…tapi aku terima hal ini,” katanya.

“Kadang saya kelaparan, kadang saya harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Saya ingin mengatakan saya memiliki kesulitan dalam segala aspek. Dan suami saya kecanduan narkoba," kata salah satu perempuan korban kekerasan di Narathiwat, Thailand Selatan.

Share: