Kabinet menyetujui skema pinjaman lunak senilai 15 miliar baht (Rp7,4 triliun) untuk UKM di provinsi perbatasan selatan Thailand, yang menawarkan hingga 20 juta baht per peminjam dengan bunga 1,99%.
Kabinet telah menyetujui skema pinjaman lunak senilai 15 miliar baht untuk mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) di tiga provinsi perbatasan selatan Thailand, menyusul kerusuhan baru-baru ini yang telah memengaruhi kepercayaan investor dan operasi bisnis di wilayah tersebut.
Paopoom Rojanasakul, Wakil Menteri Keuangan, mengumumkan pada hari Selasa bahwa pemerintah akan memperpanjang dan merevisi kriteria skema dukungan keuangan untuk memastikan keberlanjutan dan memungkinkan bisnis lokal tetap beroperasi. Skema tersebut sekarang akan berlaku hingga akhir tahun 2027.
Inisiatif pinjaman lunak, yang akan dilaksanakan melalui Bank Tabungan Pemerintah, akan memberikan pinjaman berbunga rendah kepada lembaga keuangan yang berpartisipasi—baik bank komersial maupun lembaga keuangan khusus. Lembaga-lembaga ini kemudian akan memberikan pinjaman kepada UKM yang beroperasi di tiga provinsi paling selatan, yaitu Yala, Pattani, dan Narathiwat, serta empat distrik di Songkhla (Thepha, Chana, Na Thawi, dan Saba Yoi).
Skema pinjaman ini menawarkan pendanaan dengan suku bunga tahunan tetap sebesar 1,99%, dengan batas pinjaman maksimum sebesar 20 juta baht per peminjam. Dana tersebut ditujukan untuk mendukung modal kerja atau perluasan bisnis.
“Pemerintah memprioritaskan dukungan bagi para pengusaha di area ini dengan meningkatkan akses ke pendanaan yang terjangkau sehingga mereka dapat pulih dan terus beroperasi,” kata Paopoom. “Skema ini akan membantu mengurangi beban bunga, memperkuat kepercayaan bisnis, dan mendorong investasi jangka panjang di wilayah tersebut. Skema ini diharapkan dapat mendorong pembangunan finansial dan ekonomi serta berkontribusi pada pertumbuhan yang lebih luas di area tersebut.”