Thailand tidak ada hubungannya dengan pertemuan antara Thaksin dan kelompok perlawanan Myanmar.
Komite Keamanan Nasional dan Urusan Perbatasan Thailand mengatakan akan menyelidiki kasus mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra yang dilaporkan mengadakan pembicaraan dengan kelompok perlawanan di Myanmar.
Kantor berita internasional, VOA Burma, melaporkan Thaksin baru-baru ini bertemu dengan perwakilan Organisasi Nasional Kachin dan Pemerintah Persatuan Nasional untuk mencoba menyelesaikan konflik bersenjata yang sedang berlangsung di negara tetangga.
Setelah pertemuan ini, Thaksin dilaporkan bertemu dengan para pemimpin Dewan Rekonstruksi Negara Bagian Shan dan Tentara Negara Bagian Shan, tambah VOA Burma.
Menteri Luar Negeri Maris Sangiampongsa mengatakan Thailand tidak ada hubungannya dengan pertemuan antara Thaksin dan kelompok perlawanan Myanmar.
Ketua Komite Keamanan Rangsiman Rome mengatakan tindakan Thaksin dapat menimbulkan kebingungan mengenai peran Thailand dalam memulihkan perdamaian di Myanmar, dan menunjukkan Thaksin tidak memegang posisi dalam pemerintahan dan tidak pernah secara resmi ditunjuk sebagai wakil.
“Saya mendukung peran Thailand sebagai perantara dalam memulihkan perdamaian di Myanmar, tetapi hanya melalui penggunaan mekanisme yang adil dan tepat,” kata Rangsiman, yang merupakan anggota parlemen dari pemimpin oposisi Partai Move Forward.
Thaksin, sementara itu, dianggap sebagai pemimpin Partai Pheu Thai yang berkuasa, yang dipimpin oleh putri bungsunya, Paetongtarn.
Mengembangkan hubungan internasional adalah tugas Perdana Menteri Srettha Thavisin, yang bertindak di bawah pengawasan Parlemen,” kata Rangsiman. “Namun, karena Thaksin tidak memegang jabatan di parlemen, dia tidak mempunyai tugas dalam masalah ini. Persyaratan negosiasinya tidak dapat dianggap sebagai kewajiban kepada pemerintah Thailand.”
Rangsiman melanjutkan tidak adanya penolakan yang jelas dari pemerintah dapat dilihat sebagai pemberian Thaksin kekuatan untuk bernegosiasi atas nama pemerintah, dan pada saat yang sama melemahkan kepemimpinan perdana menteri Thailand.
“Tanpa penolakan yang jelas dari pemerintah, masyarakat mungkin bertanya-tanya siapa perdana menteri sebenarnya dan siapa yang memegang kekuasaan mengambil keputusan,” kata Rangsiman. (thenation)