Thailand memprotes insiden yang melibatkan angkatan laut Myanmar yang menembaki kapal nelayan Thailand.
Bangkok, Suarathailand- Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra mengatakan pemerintah mengeluarkan nota protes pada militer Myanmar karena menembaki kapal nelayan Thailand. Akibatnya, seorang nelayan tenggelam, dua lainnya terluka, dan puluhan lainnya ditahan.
Paetongtarn mengunggah di Facebook menyatakan keprihatinannya mengenai insiden pada 30 November. Sebuah kapal nelayan Thailand dan awaknya ditahan dan dibawa ke darat oleh otoritas Myanmar. Ia telah menginstruksikan lembaga terkait, termasuk Angkatan Laut Kerajaan Thailand dan Kementerian Luar Negeri, untuk berkoordinasi dengan Myanmar guna membantu awak kapal Thailand dengan segera.
Menurut informasi terbaru, komunikasi dengan Myanmar telah dimulai melalui jalur militer dan diplomatik, dan situasinya sedang dipantau secara ketat.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri telah memanggil Duta Besar Myanmar untuk Thailand untuk rapat pada 2 Desember 2024, guna secara resmi menanggapi kekhawatiran Thailand atas insiden tersebut.
Perdana Menteri menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban tewas dan luka-luka serta menyampaikan keprihatinannya terhadap semua awak kapal yang terkena dampak. Ia memastikan otoritas Thailand bekerja sama erat dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan kesejahteraan mereka dan mempercepat kepulangan mereka dengan selamat.
Paetongtarn mempertanyakan klaim bahwa kapal-kapal penangkap ikan tersebut telah memasuki wilayah perairan teritorial Myanmar ketika angkatan laut Myanmar menembaki kapal-kapal tersebut.
Kementerian Pertahanan Thailand sebelumnya mengatakan dua dari 15 kapal penangkap ikan Thailand ditembaki ketika mereka berada di antara 7,4 km dan 10,6 km di dalam wilayah perairan teritorial Myanmar di dekat provinsi Ranong di Thailand selatan.
"Itu tidak meyakinkan," kata Paetongtarn ketika wartawan bertanya apakah kapal-kapal penangkap ikan Thailand telah memasuki wilayah perairan teritorial Myanmar.
"Kami tidak mendukung kekerasan, apa pun situasinya," katanya, seraya menambahkan Thailand tengah mencari informasi lebih rinci tentang insiden tersebut dan segera membebaskan empat warga negara Thailand yang termasuk di antara 31 nelayan yang ditahan.
Junta Myanmar tidak segera menanggapi permintaan komentar melalui telepon.
Menteri Pertahanan Thailand Phumtham Wechayachai mengatakan surat protes terhadap penggunaan kekerasan telah dikirim ke Myanmar melalui mekanisme perbatasan setempat, menuntut perincian yang jelas tentang apa yang terjadi dan pengembalian cepat kapal dan awak Thailand yang ditahan.
Menteri Luar Negeri Thailand Maris Sangiampongsa juga mengeluarkan surat keprihatinan atas insiden tersebut kepada pemerintah Myanmar dan memanggil duta besar Myanmar untuk rapat pada 2 Desember, meminta klarifikasi tentang apa yang terjadi dan pembebasan cepat keempat warga negara Thailand, seperti dilaporkan TheNation.
Myanmar telah mengalami krisis sejak 2021 ketika militer merebut kekuasaan, menggulingkan pemerintah terpilih dan memicu pemberontakan bersenjata dengan menghancurkan protes dengan kekuatan mematikan.