Kementerian Perdagangan memposisikan Thailand sebagai pemain kunci di sektor yang berkembang pesat didorong oleh populasi Muslim yang terus bertambah dan meningkatnya belanja konsumen.
Bangkok, Suarathailand- Kementerian Perdagangan Thailand memposisikan kerajaan untuk meraih pangsa pasar makanan halal global yang berkembang pesat, yang diproyeksikan mencapai $3,1 triliun (Rp4,9 Kuadriliun) pada 2027, karena negara tersebut berupaya memanfaatkan apa yang digambarkan oleh para pejabat sebagai "peluang emas".
Pasar halal global, yang dulunya dianggap ceruk, telah berkembang menjadi sektor utama yang didorong oleh populasi Muslim yang berkembang pesat dan peningkatan belanja per kapita di antara konsumen Muslim di seluruh dunia.
Statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk 2024 menunjukkan Muslim berjumlah 1,907 miliar orang, atau 23,5% dari total populasi dunia yang berjumlah 8,119 miliar.
Angka ini diproyeksikan melonjak menjadi 2,761 miliar pada tahun 2050, mewakili hampir 30% dari umat manusia dan menggarisbawahi potensi besar pasar halal.
Menurut Salaam Gateway, lembaga penelitian ekonomi Islam terkemuka, pasar produk halal global bernilai $2,35 triliun pada tahun 2024.
Makanan dan minuman mendominasi pasar yang luas ini, menyumbang $1,38 triliun—hampir 59% dari total nilai pasar halal. Sektor penting lainnya termasuk mode, media dan rekreasi, pariwisata, farmasi, dan kosmetik.
Pada tahun 2027, makanan dan minuman halal saja diperkirakan akan mencapai $1,89 triliun.
Poonpong Naiyanapakorn, Direktur Jenderal Kantor Kebijakan dan Strategi Perdagangan di Kementerian Perdagangan, menyoroti posisi kuat Thailand di sektor ini.
Pada tahun 2024, ekspor makanan Thailand ke negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mencapai $7,1313 miliar, menandai pertumbuhan yang kuat sebesar 6,3%.
Ia menekankan bahwa daya tarik makanan halal melampaui konsumen Muslim karena kepatuhannya pada prinsip-prinsip produksi Islam yang ketat, yang menjamin kebersihan dan higienitas.
Persepsi keamanan dan kualitas ini menarik basis konsumen yang lebih luas, yang memicu pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan, khususnya di negara-negara OKI.
Secara global, ekspor makanan dan minuman halal ke negara-negara OKI mencapai $247,362 miliar pada tahun 2024, naik 6,9% dari tahun 2023. Sementara eksportir utama meliputi Brasil, India, Tiongkok, Turki, dan Amerika Serikat, Thailand saat ini berada di peringkat ke-10 eksportir makanan terbesar ke pasar OKI.
Importir utama makanan dan minuman halal di OKI meliputi Indonesia, Uni Emirat Arab, Malaysia, Arab Saudi, dan Turki.
Bagi Thailand, ekspor makanan halal merupakan strategi ekonomi dan perdagangan yang penting. Indonesia, Malaysia, Irak, UEA, dan Arab Saudi secara kolektif membentuk pasar terbesar Thailand, yang mencakup 68,5% dari ekspor makanan OKI. Produk utamanya meliputi beras, tuna kaleng, gula, makanan hewan peliharaan, dan bumbu-bumbu.
Thailand mempertahankan keunggulan kompetitif melalui kualitas produknya, kemampuan pemrosesan makanan, dan sistem sertifikasi halal yang kredibel.
Negara-negara OKI, khususnya Arab Saudi, UEA, dan Qatar, merupakan pasar-pasar yang berpotensi tinggi dengan daya beli per kapita rata-rata yang substansial dan permintaan akan makanan halal berstandar internasional.
Untuk memperkuat posisinya dan mempercepat perluasan pasar, Thailand harus menjunjung tinggi reputasinya sebagai produsen makanan halal berkualitas tinggi, terus mengembangkan standar produk, dan terlibat dalam pemasaran proaktif di dalam blok OKI.