Thailand Hapus Peraturan Gaya Rambut Kontroversial bagi Siswa Sekolah

Pembatasan yang diberlakukan sejak 2020 terhadap panjang rambut baik untuk siswa laki-laki maupun perempuan akhirnya berakhir.


Bangkok, Suarathailand- Kementerian Pendidikan Thailand telah mencabut peraturan tentang "Gaya Rambut Siswa" yang secara efektif menghapus pembatasan panjang rambut bagi siswa laki-laki dan perempuan.

Langkah ini mengikuti seruan yang semakin meningkat dari berbagai sektor untuk menghapus peraturan tersebut yang secara luas dikritik karena melanggar hak dan kebebasan anak-anak.

Keputusan tersebut mengakhiri potongan rambut "cuping telinga" yang sebelumnya wajib dan gaya pembatasan lainnya bagi siswa laki-laki dan perempuan.

Juru bicara kementerian Siripong Angsakulkiat menyoroti tuntutan yang dipimpin siswa untuk pencabutan tersebut. Ia menekankan fokus kementerian pada pemberdayaan siswa dan memungkinkan sekolah untuk menumbuhkan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan berpusat pada siswa.

"Kementerian Pendidikan telah memprioritaskan hak asasi manusia dan kebebasan pelajar," kata Siripong. "Kami menyadari pentingnya mempromosikan keberagaman dan keadilan dalam semua aspek pendidikan."

Juru bicara tersebut mengklarifikasi bahwa pencabutan peraturan "Gaya Rambut Siswa" tahun 2020 secara resmi telah diumumkan dan dikomunikasikan melalui surat edaran. Ia mencatat bahwa kementerian telah melakukan dengar pendapat terbuka dengan guru, siswa, dan orang tua untuk mengumpulkan masukan dan memperoleh persetujuan dari Dewan Pendidikan.

Sekolah kini diberi wewenang untuk menentukan pedoman gaya rambut yang sesuai dengan berkonsultasi dengan komite manajemen sekolah masing-masing.

"Kementerian Pendidikan ingin menegaskan kembali bahwa Peraturan tentang Gaya Rambut Siswa B.E. 2563 (2020) secara resmi telah dicabut pada tanggal 16 Januari 2023," jelas Siripong. "Oleh karena itu, 'gaya rambut cuping telinga' atau 'gaya rambut putih tiga sisi' tidak lagi dianggap sebagai 'gaya rambut siswa'. Tidak ada lagi batasan panjang rambut untuk siswa laki-laki dan perempuan."

Keputusan mengenai gaya rambut dan aturan berpakaian siswa kini berada di tangan masing-masing lembaga pendidikan. Sekolah didorong untuk membangun saluran terbuka untuk berdialog dengan siswa guna bersama-sama menentukan pendekatan yang paling sesuai.

Menteri Pendidikan Pol Jenderal Permpoon Chidchob sangat mementingkan hak-hak pelajar," imbuhnya. "Kementerian berkomitmen untuk menyediakan perawatan, dukungan, dan konseling bagi pelajar dalam semua aspek perkembangan mereka."

Ia menyoroti peran Pusat Sema Pitak, yang memfasilitasi kesejahteraan pelajar melalui Petugas Promosi Perilaku Pelajar dan Pelajar di semua lembaga pendidikan.

Sembari mengakui perlunya langkah-langkah yang tepat untuk memastikan lingkungan belajar yang kondusif, Siripong menekankan pentingnya membina ekspresi dan kebebasan pelajar dalam kerangka kerja yang menjunjung tinggi kesejahteraan individu dan masyarakat.

"Disiplin itu penting, tetapi harus selalu dilaksanakan dengan cara yang menghormati hak asasi pelajar," katanya. "Kami mendorong para guru untuk memimpin dengan memberi contoh dan menumbuhkan budaya saling menghormati dan memahami di sekolah masing-masing."

The Nation melaporkan penghapusan peraturan yang membatasi ini menandai langkah signifikan menuju penerimaan keberagaman dan penciptaan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan mendukung bagi semua pelajar, kata Siripong.

Share: