Thailand Gagas Pembicaraan Damai untuk Atasi Konflik Myanmar

“Kita harus memprioritaskan Myanmar di bidang keamanan. Selain itu, kami ingin menjadi pemain kunci dalam memastikan terjadinya dialog perdamaian untuk menyelesaikan masalah di Myanmar secara efektif.”

Menteri Luar Negeri Thailand yang baru diangkat telah menggarisbawahi komitmen negaranya untuk mendorong dialog damai guna mengatasi konflik di Myanmar.

Dalam acara Meet the Press#1 pekan lalu, Maris Sangiampongsa menyampaikan agenda kebijakan luar negerinya di bawah bendera Ignite Thailand, Re-ignite Thai Diplomacy. Dia menekankan pentingnya menjaga hubungan yang kuat dengan negara-negara tetangga untuk meningkatkan stabilitas Thailand, dan menyebut krisis Myanmar sebagai ancaman langsung terhadap keamanan perbatasan.

“Kebijakan luar negeri kita terhadap negara-negara tetangga harus fokus pada perdamaian bersama yang akan menciptakan upaya kolaboratif untuk mencari keuntungan bersama.”

Maris menyoroti dampak konflik Myanmar di perbatasan Thailand-Myanmar dan menyatakan keinginan Thailand untuk perdamaian di Myanmar guna memulihkan keamanan perbatasan dan mengurangi dampak konflik terhadap Thailand.

“Kita harus memprioritaskan Myanmar di bidang keamanan. Selain itu, kami ingin menjadi pemain kunci dalam memastikan terjadinya dialog perdamaian untuk menyelesaikan masalah di Myanmar secara efektif.”

Maris juga menekankan pentingnya bantuan kemanusiaan dan menekankan bantuan tersebut harus diterima oleh semua pihak yang terlibat.

“Kami ingin melihat pertempuran berhenti dan ini adalah keprihatinan kami yang paling penting. Namun, kita harus ingat bahwa masalah ini rapuh dan perlu ditangani secara perlahan.”

Selain mengatasi masalah keamanan, Maris menunjukkan perlunya kolaborasi dengan Myanmar dalam isu-isu seperti bisnis ilegal, penipuan call center, dan perdagangan narkoba.

 

Konflik Myanmar

Kebijakan luar negeri Thailand juga akan fokus pada inisiatif Enam Negara, Satu Tujuan untuk meningkatkan kerja sama pariwisata antar negara tetangga. Maris percaya bahwa Thailand dapat memanfaatkan kebijakan soft powernya untuk mendorong integrasi dan kreativitas dalam upaya pariwisata, yang dapat membantu menjaga perdamaian dan membina hubungan baik dengan negara-negara tetangga.

Ia menyebutkan Laos, yang sering dijuluki baterai Asia, dapat menjadi mitra dalam proyek energi terbarukan yang melibatkan energi angin, energi surya, dan pembangkit listrik tenaga air. Malaysia, sebaliknya, dipandang sebagai sekutu penting dalam mencapai perdamaian di Thailand selatan dan di sepanjang perbatasan Thailand-Malaysia. 

Maris mengantisipasi bahwa kolaborasi di zona ekonomi khusus selatan akan memperkuat hubungan dan meningkatkan pembangunan ekonomi Thailand dan Malaysia.


Untuk Kamboja, Maris mengumumkan rencana untuk membuka Konsulat Jenderal Kerajaan Thailand di Siem Reap dan mempromosikan kerja sama dalam manajemen logistik yang sistematis.

Maris juga bertujuan untuk membangun kembali kepercayaan Thailand dalam komunitas internasional melalui pendekatan berbasis bisnis.

“Thailand telah lama menghilang dari perhatian dunia karena konflik politik internal kita, dan Thailand perlu mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat internasional. Kita telah kehilangan banyak peluang, membuang-buang waktu, dan potensi negara yang sebenarnya.”

Untuk memulihkan posisi Thailand di dunia, Maris menekankan pentingnya perdagangan dan investasi, khususnya melalui Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dengan negara-negara berkembang di Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Ia berencana mengunjungi negara-negara berkembang tersebut untuk meletakkan dasar bagi keberhasilan negosiasi yang dilakukan oleh Perdana Menteri Srettha Thavisin, lapor Bangkok Post.

“Negara-negara ini memiliki potensi ekonomi yang kuat. Saya akan mencoba mengunjungi negara-negara berkembang tersebut dan meletakkan dasar untuk memastikan keberhasilan negosiasi PM Srettha selama kunjungannya ke pasar-pasar tersebut.”

Ia juga memperkenalkan inisiatif Friends from Thailand, bertujuan meningkatkan peran Thailand dalam diplomasi antar masyarakat. Maris menyimpulkan dengan menegaskan kembali bahwa perdagangan, investasi, dan bisnis akan menjadi fokus utama untuk mendapatkan kembali kepercayaan internasional. (thenation)

Share: