Thailand dan Australia Ungguli Industri Halal Indonesia

Pengembangan industri dan komoditas produk halal Indonesia dinilai  masih kalah dibanding dengan beberapa negara tetangga. Terutama soal  memproduksi produk halal. Seperti, Thailand dan Australia.

Untuk sektor makanan, misalnya, berdasarkan catatan Bank Indonesia,  Indonesia kalah dari Thailand yang mengekspor 25 persen bumbu halal.  Indonesia juga kalah dati Australia yang mengekspor daging halal  terbesar di dunia.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro  menjelaskan, apabila Indonesia ingin memajukan ekspor produk halal,  sebaiknya fokus dengan produk-produk yang tingkat kompetitifnya tinggi.  Seperti makanan, pakaian dan pariwisata.

Menurutnya, ketiga subsektor itu dianggap paling berpotensi  menghasilkan nilai ekspor dan meningkatkan devisa, terlebih juga  membantu mengurangi defisit neraca pembayaran. “Kalau bicara industri  pengolahan, makanan dan minuman kita salah satu kompetitif dan ekspornya  tinggi. Tinggal memperkuat branding bahwa produk makanan dan minuman  Indonesia jadi produk halal,” kata Bambang di Jakarta, Kamis, (26/7).

Menurut Bambang, dengan adanya branding tersebut, maka Indonesia bisa  merebut posisi puncak dalam persaingan industri makanan dan minuman  halal. Selain makanan, industri terkuat lainnya adalah garmen.  Lagi-lagi, meski sudah banyak produksi pakaian muslim buatan lokal,  porsi impornya masih jauh lebih besar. “Solusinya bukan dengan melarang  impor, tapi justru kualitas pakaian muslim di Indonesia harus  ditingkatkan agar sejajar dengan produk impor,” terangnya.

Untuk sektor pariwisata, kata Bambang, Indonesia menduduki posisi  keempat di dunia, di bawah Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Turki untuk  pariwisata halal. “Destinasi wisata halal yang kerap dikunjungi  wisatawan mancanegara terletak di Bali, Jakarta, Labuan Bajo, dan  Mandalika,” tuturnya.

Bambang menyebutkan, sektor pariwisata termasuk salah satu penghasil  devisa terbesar. Pada 2019, sektor pariwisata diperkirakan dapat  menyumbang devisa sebesar USD20 miliar. Bahkan, dia meyakini Indonesia  bisa menggeser Malaysia, Arab, dan Turki dari jajaran teratas indikator  wisata halal. Namun, Indonesia patut waspada dengan Thailand yang  potensi pariwisatanya sangat besar. “Meski posisinya di bawah Indonesia  tapi Thailand bisa gaet lebih dari 30 juta wisman setahun. Tentunya ini  ancaman,” jelasnya.

Hal serupa juga diungkapkan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo  yang mengaku akan mendorong pelaku industri agar fokus dengan  produk-produk unggulan untuk diekspor. “Keroyokin kegiatan kita untuk  mengembangkan produk itu dari end to end proses. Mulai dari produksi  sampai packaging, sampai distribusi,” pungkasnya. (fin.co.id)

Share: