Lonjakan permintaan Filipina memicu persaingan kompetitif antara beras Thailand dan Vietnam.
Bangkok, Suarathailand- Thailand tengah meningkatkan upaya untuk meningkatkan ekspor berasnya ke Filipina seiring Filipina jadi importir utama biji-bijian di ASEAN.
Departemen Pertanian AS (USDA) merilis laporan yang memproyeksikan Filipina akan menjadi importir beras terbesar pada tahun 2024. Filipina diperkirakan akan mengimpor 4,1 juta ton beras tahun ini, naik dari 3,2 juta ton pada tahun sebelumnya.
Lonjakan permintaan ini telah memicu persaingan yang kompetitif antara Thailand dan Vietnam yang merupakan eksportir beras terbesar kedua dan ketiga di dunia.
Vietnam secara tradisional telah menjadi pemasok utama beras Filipina, mencakup sekitar 80% dari impor tahunan. Namun, Thailand berupaya memanfaatkan peningkatan permintaan Filipina dan telah mengamankan kesepakatan untuk memasok setidaknya 130.000 ton beras untuk sisa tahun 2024.
Daya saing harga dan hasil panen beras merupakan faktor utama dalam persaingan tersebut. Sementara Thailand telah membuat langkah signifikan dalam meningkatkan ekspor. Hasil panen yang lebih tinggi dan kemampuan Vietnam untuk menawarkan harga yang lebih rendah menimbulkan tantangan.
Thailand telah membuat langkah signifikan, mengirimkan 300.000 ton beras ke Filipina dalam enam bulan pertama tahun 2024, meningkat 388% dari periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan tersebut disebabkan oleh kekurangan pasokan di Filipina dan melemahnya baht Thailand yang memungkinkan eksportir Thailand menawarkan harga yang kompetitif.
Ia juga mendesak negara tersebut untuk menambah lebih banyak alat karena persaingan diperkirakan akan semakin ketat pada paruh kedua tahun ini. Ia mencatat bahwa peningkatan pasokan dari Pakistan dan hasil panen beras Vietnam yang lebih tinggi dapat menimbulkan tantangan bagi eksportir Thailand.
Industri beras global juga memantau produksi India yang diperkirakan akan melimpah tahun ini. Hal ini berpotensi mengakhiri larangan ekspor beras putih India yang menyebabkan lebih banyak biji-bijian memasuki pasar global dan mungkin memicu perang harga.
Keputusan Filipina untuk mengurangi tarif impor beras hingga 15% pada bulan Juni juga berkontribusi terhadap peningkatan permintaan biji-bijian impor. (thenation)
Filipina telah bergulat dengan inflasi pangan dan berupaya meningkatkan produksi dalam negeri sambil mengandalkan impor untuk memenuhi permintaan.