Indonesia memproduksi 1,83 juta ton durian pada tahun lalu, menjadikannya salah satu produsen utama durian dunia
>Indonesia alokasikan 10.000ha untuk perkebunan durian, termasuk untuk kerjasama dengan Tiongkok.
>Konsumsi durian dalam negeri Indonesia pada tahun 2023 mencapai 1.031kg per kapita per tahun,
Jakarta, Suarathailand- Indonesia berupaya untuk mendapatkan porsi yang signifikan dari lonjakan permintaan durian di Tiongkok yang bernilai miliaran dolar AS, namun para ahli mengatakan negara ini tidak dalam kondisi yang baik untuk bersaing dengan negara-negara tetangganya yang lebih mapan.
Durian yang dipuji oleh para penggemarnya sebagai “raja buah” telah menjadi titik fokus dalam hubungan diplomatik antara Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara. Hal ini seiring dengan janji Beijing untuk mengimpor lebih banyak buah dari wilayah tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengatakan Indonesia berpotensi memperoleh pendapatan hingga US$8 miliar dengan mengekspor durian ke Tiongkok, mengingat lonjakan permintaan di dalam negeri.
Beijing mengimpor durian senilai US$6,7 miliar pada tahun lalu, melonjak 318% dari tahun 2019, menurut data Basis Data Statistik Perdagangan Komoditas PBB (UN Comtrade).
Pada saat yang sama, Beijing dinobatkan sebagai importir durian terbesar, menyumbang 95% impor dunia, setara dengan 740.000 ton antara tahun 2020 dan 2022, menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada tahun 2023.
Setelah berkunjung ke Tiongkok pada akhir Juni lalu, Luhut menyebutkan rencana kerja sama dengan Tiongkok untuk meningkatkan kapasitas Indonesia mengekspor buah durian tersebut, dengan menyasar daerah-daerah penghasil durian yang sudah ada, mulai dari Sulawesi Tengah hingga food estate di Fakfak, Papua Barat, agar menjadi besar. perkebunan durian skala besar.
Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Indonesia dengan Beijing yang menguasai pangsa terbesar pasar ekspor Jakarta, dan pengirimannya sebagian besar terdiri dari sumber daya mineral dan bijih logam, serta komoditas utama lainnya.
Indonesia hampir tidak mengekspor durian ke Tiongkok selama beberapa dekade, menurut data UN Comtrade. Sebagian besar durian Tiongkok berasal dari Thailand, yang menyumbang 94% pengiriman durian ke seluruh dunia antara tahun 2020 dan 2022.
Malaysia dan Vietnam mengikuti di belakang dengan masing-masing sekitar 3%, menurut laporan FAO tahun 2023.
Sigit Purwanto, pakar durian dan ketua komunitas Durian Traveler Indonesia mengatakan kepada The Jakarta Post Selasa lalu bahwa ia memperkirakan Indonesia akan menghadapi tantangan dalam memproduksi durian berkualitas tinggi yang dapat bersaing dengan negara pengekspor lainnya.
Negara tetangga telah berhasil membudidayakan varietas durian tertentu, seperti Malaysia dengan varietas Musang King dan Black Thorn, Thailand dengan varietas Monthong, dan Vietnam dengan varietas RI-6.
Meskipun Indonesia memiliki lebih dari 120 varietas durian, sebagian besar merupakan durian liar dan kualitasnya tidak konsisten. Inkonsistensi ini menyulitkan pasar ekspor karena diperkirakan akan memiliki kualitas serupa dalam jumlah besar, jelas Sigit.
Kebanyakan durian Indonesia lebih cocok untuk pasar domestik karena tidak banyak petani yang menanam buah berkualitas tinggi meskipun ada lonjakan budidaya durian karena meningkatnya permintaan akan buah premium.
Indonesia memproduksi 1,83 juta ton durian pada tahun lalu, menjadikannya salah satu produsen utama durian dunia, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), namun negara ini mengonsumsi 90% hasil durian di dalam negeri dan hanya mengekspor sisanya.
Sigit juga mengungkapkan kekhawatirannya karena hebohnya ekspor tidak melibatkan petani lokal.
Dia memperingatkan bahwa rencana peningkatan produksi saja dapat mengakibatkan kelebihan pasokan di masa depan, yang berpotensi menurunkan harga durian dan merugikan petani kecil.
“Masalahnya, pemerintah sedang menyiapkan lahan untuk kerjasama dengan China, sementara ribuan hektar lahan pertanian durian lokal yang ada masih belum terjamah,” kata Sigit.
Pemerintah telah mengalokasikan 10.000ha untuk perkebunan durian, termasuk untuk kerjasama dengan Tiongkok.
Para petani kurang antusias dengan rencana tersebut, katanya, karena tidak ada kebijakan yang jelas tentang bagaimana pemerintah akan memasukkan mereka untuk meningkatkan ekspor.
“Pemerintah tidak perlu mencari lahan baru; hanya membimbing petani durian yang ada. Mengelola 10.000 hektar adalah perkara kecil bagi petani durian Indonesia,” kata Sigit.
Peneliti Center of Reform on Economics Eliza Mardian mengatakan biasanya pasar ekspor menginginkan buah yang berkualitas premium dan rasanya manis, namun Indonesia memiliki jenis durian yang berbeda-beda di setiap daerah.
“Kandungan minyak, rasa, tekstur dan aroma durian tiap daerah berbeda-beda. Perlu strategi branding yang tepat dengan berbagai keunggulan daerah,” ujarnya.
Selain itu, Indonesia masih kalah saing dibandingkan negara tetangganya, bukan hanya karena rasanya, tapi juga karena jarak dan saluran distribusi yang kurang efisien, kata Eliza.
Dwi Andreas Santosa, profesor bioteknologi di Institut Pertanian Bogor mengatakan, ironisnya Indonesia menghadapi kekurangan produksi untuk memenuhi permintaan lokal yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, yang menyebabkan tingginya harga durian di dalam negeri.
Dengan terbatasnya produksi dan pasar lokal yang sedang booming, Dwi berpendapat bahwa fokus pada peningkatan produksi durian dalam negeri mungkin merupakan strategi yang lebih realistis daripada memprioritaskan ekspor pada tahap ini. “Lebih baik meningkatkan produksi untuk konsumsi lokal,” ujarnya.
Konsumsi durian dalam negeri pada tahun 2023 mencapai 1.031kg per kapita per tahun, menurut BPS, namun angka tersebut masih rendah dibandingkan negara lain, kata Dwi.