Hun Sen mengklaim Thailand menghadapi masalah perbatasan dengan semua negara tetangganya, termasuk Kamboja, di tengah ketegangan yang sedang berlangsung.
Sa Kaeo, Suarathaiand- Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra mengunjungi perbatasan Thailand-Kamboja di Aranyaprathet, Provinsi Sa Kaeo pada hari Kamis, 26 Juni, untuk menilai situasi di pos pemeriksaan perbatasan.
Secara kebetulan, pada hari yang sama, Presiden Senat Kamboja dan mantan Perdana Menteri Hun Sen berbagi informasi terkini tentang kunjungannya sendiri ke wilayah perbatasan Kamboja yang berdekatan dengan Thailand, dengan mengunggah gambar dan komentar di halaman Facebook resminya.
Kunjungan Paetongtarn mencakup beberapa kegiatan utama:
Pukul 9 pagi: Ia berangkat dari Divisi Penerbangan Kepolisian di Tha Raeng, Bangkok, dan terbang ke Batalyon Infanteri ke-3, Resimen Pengawal Kerajaan ke-12 (Benteng Surasinghanart) di Aranyaprathet.
09.50: Perdana Menteri memimpin rapat yang membahas dampak pembatasan penyeberangan perbatasan di Sekolah Aranyaprathet.
11.00: Paetongtarn mengunjungi Perlintasan Perbatasan Ban Klong Leuk, tempat ia berinteraksi dengan penduduk setempat dan operator bisnis serta memberi semangat kepada petugas yang bekerja di area tersebut.
13.00: Ia mengunjungi personel militer di Resimen Infantri 1202 di Desa Pa Rai untuk menyampaikan dukungannya.
13.25: Paetongtarn bertemu dengan guru dan siswa di Sekolah Patroli Perbatasan Polisi di Kecamatan Pa Rai.
14.00: Perdana Menteri mengunjungi petugas administrasi di Benteng Surasinghanart sebelum kembali ke Bangkok pada pukul 15.00.
Sementara itu, unggahan Hun Sen di Facebook menyoroti aktivitas inspeksi perbatasannya sendiri. Mantan Perdana Menteri tersebut memulai harinya dengan berinteraksi dengan para komandan di Markas Komando Daerah ke-3 di Kota Samrong, provinsi Oddar Meanchey.
Juru bicara Hun Sen, Chhea Thirith, menekankan dedikasi mantan Perdana Menteri tersebut untuk memastikan bahwa militer Kamboja diperlengkapi dan didukung dalam menghadapi ancaman eksternal.
Hun Sen menegaskan kembali komitmen ini, mendesak militer untuk menghadapi musuh yang mengancam kedaulatan Kamboja.
Kemudian, Hun Sen mengunjungi personel militer yang ditempatkan di Provinsi Oddar Meanchey, menilai kesiapan mereka dan menegaskan kembali kepemimpinannya yang kuat dalam melindungi perbatasan Kamboja, khususnya di tengah ketegangan yang sedang berlangsung dengan Thailand.
Angkatan bersenjata Kamboja, bersama dengan persenjataan modern, telah dikerahkan ke perbatasan Thailand, khususnya di provinsi Oddar Meanchey dan Preah Vihear, menyusul serangan lintas batas oleh pasukan Thailand pada 28 Mei 2025.
Dalam pertemuan dengan anggota Dewan Komune dan Distrik di Oddar Meanchey, Hun Sen mengakui adanya ketegangan politik antara Kamboja dan Thailand. Ia mendorong dewan lokal untuk mempromosikan produksi pertanian dan kemandirian, mengubah krisis saat ini menjadi peluang untuk inovasi.
Ia memperingatkan konflik dengan Thailand dapat meningkat menjadi perang yang berkepanjangan, tidak seperti situasi tahun 2011, dan mendesak warga untuk tetap waspada sambil memastikan produksi barang-barang penting.
Menanggapi penutupan perbatasan yang diberlakukan oleh Thailand, Hun Sen menyatakan bahwa Thailand menutup perbatasan secara sepihak dan kemudian mengupayakan negosiasi untuk membukanya kembali. Ia juga mencatat bahwa Thailand menghadapi masalah perbatasan yang sama dengan Myanmar, Laos, dan Malaysia.
Sebagai penutup, Hun Sen menegaskan kembali keinginan Kamboja untuk perbatasan yang damai dan bersahabat dengan negara-negara tetangganya, dengan menekankan kerja sama, pembangunan, dan perdamaian bersama. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya ke Provinsi Preah Vihear.