PM Thailand Ancam Cabut Subsidi bagi Petani yang Membakar Sisa Panen

PM Paetongtarn Shinawatra ancam hentikan subsidi bagi petani yang membakar sisa panen, sebagai bagian dari langkah-langkah untuk mengatasi polusi PM2.5.


Bangkok, Suarathailand- Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra mengancam akan menghentikan subsidi bagi petani yang tidak berhenti membakar hasil sampingan pasca panen, sebuah praktik yang sebagian disalahkan atas polusi udara PM2.5.

Berbicara kepada wartawan setelah rapat Kabinet mingguan, Paetongtarn mengatakan penangguhan subsidi merupakan salah satu dari beberapa langkah yang telah dipertimbangkan dan disetujui Kabinet untuk dilaksanakan oleh kementerian terkait guna mengurangi polusi udara PM2.5 yang telah mencekik beberapa bagian negara tersebut.

Sebagai bagian dari langkah-langkah tersebut, Kementerian Pertanian ditugaskan untuk memastikan bahwa tidak ada petani yang akan membakar hasil sampingan pasca panen mereka, kata perdana menteri.

Jika petani kedapatan membakar lahan untuk membersihkan ladang atau ladang mereka setelah panen, mereka akan dilarang menerima subsidi apa pun dari pemerintah antara 1 Juni tahun ini hingga 31 Mei tahun depan, imbuh Paetongtarn.

Ia menyatakan Kementerian Dalam Negeri akan mengeluarkan surat edaran kepada gubernur provinsi, kemudian akan mengeluarkan pengumuman kepada petani di provinsi mereka, yang menginstruksikan mereka untuk mengubur tanaman jagung dan daun tebu kering setelah panen alih-alih membakarnya.

Gubernur juga akan diinstruksikan untuk mendorong petani membuat kompos dari sisa panen atau menggunakan mesin untuk memadatkan tanaman padi kering mereka setelah panen.

Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup serta Kementerian Pertanian juga ditugaskan untuk bekerja sama dalam memerangi kebakaran hutan, imbuh perdana menteri.

Ia mengatakan Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup akan menggunakan dana dari dana darurat pusat untuk mempekerjakan lebih banyak staf guna memantau kebakaran hutan.

Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia juga ditugaskan untuk merawat kelompok rentan yang terkena dampak debu PM2.5. Kementerian tersebut diinstruksikan untuk mendistribusikan masker N95, yang mampu menyaring PM2.5, kepada kelompok rentan.

Dalam kasus polusi udara parah yang disebabkan oleh meningkatnya kadar PM2.5, Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia harus menyediakan ruang bersih tempat orang sakit dan anak-anak dapat berlindung, tambah perdana menteri.

Sementara itu, Kementerian Perhubungan akan melanjutkan langkah yang memungkinkan orang-orang di Bangkok dan provinsi-provinsi sekitarnya untuk naik kereta listrik gratis guna mengurangi kadar PM2.5.

Perdana menteri mengatakan langkah kereta gratis saat ini, yang telah dilaksanakan selama tujuh hari sejak Sabtu, telah mengurangi jumlah kendaraan di jalan-jalan Bangkok sebanyak 500.000 per hari.

"Anda dapat merasakan kemacetan lalu lintas yang jauh lebih sedikit di Bangkok karena langkah ini," kata Paetongtarn seperti dilaporkan The Nation.

Perdana menteri menambahkan  Kementerian Perindustrian juga telah berupaya untuk mendapatkan kerja sama dari pabrik gula guna mengurangi pembelian tebu dari perkebunan yang menggunakan pembakaran sebagai metode untuk memangkas biaya panen.

Paetongtarn mengatakan Kementerian Perindustrian melaporkan kepada Kabinet bahwa langkah ini telah berhasil, dengan pabrik gula membeli tebu dari perkebunan yang terbakar hanya sebesar 10% dari pembelian harian mereka, jauh di bawah batas maksimal kementerian sebesar 25% per hari.

Perdana menteri juga menyebutkan bahwa Kementerian Perindustrian telah mendorong pembangkit listrik termal untuk membeli daun tebu dari petani untuk digunakan sebagai bahan bakar.

Terakhir, Paetongtarn mengatakan Kementerian Luar Negeri telah ditugaskan untuk bekerja sama dengan negara-negara ASEAN guna mengatasi kabut asap lintas batas.

Share: