Sebanyak 29 pemuda angkatan ke-36 mengikuti program ‘Menenun Hati Thailand ke Selatan’. Mereka tinggal bersama keluarga angkat yang berbeda agama dan kultur untuk saling mengenal lebih antar-sesama saudara setanah air; Thailand. Mereka belajar cara hidup berdampingan dengan keluarga yang berbeda agama, baik Islam, Kristen, maupun Buddha. Mereka juga belajar membangun keterampilan dan beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari dengan lingkungan yang baru dan berbeda.
Sejumlah pemuda yang mengikuti program ‘Menenun Hati Thailand ke Selatan’ mendapat kunjungan dari sejumlah pejabat dari Kantor Administrasi Perbatasan Selatan. Pejabat tersebut di antaranya Prawet Mee-Sen, Asisten Sekretaris Jenderal SBP dan Direktur Divisi Koordinasi Proyek di bawah inisiatif Kerajaan, Alis Ramasae, asisten sekretaris CRC, dan personel terkait. Mereka menemui sejumlah pemuda yang mengikuti program ‘Menenun Hati Thailand ke Selatan’ di sebuah keluarga angkat di Pathum Thani dan Provinsi Phra Nakhon Si Ayutthaya.
Aree Wongsearaya, Wakil Ketua Proyek "Sanjai Thai to Tai Tai" mengatakan ia ingin mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang mendukung Proyek ‘Menenun Hati Thailand ke Selatan’. Termasuk berterima kasih kepada semua keluarga angkat yang memberikan pengetahuan, pengalaman hidup bersama di bawah masyarakat multikultural serta dapat saling memahami.
“Bagi para pemuda yang selalu berpartisipasi dalam proyek ini, meskipun memiliki Agama yang berbeda, kalian bisa hidup damai berdampingan tanpa mempersoalkan agama. Proyek ‘Thai Heart to the Southern Project’ ini memberi peluang pada semua orang untuk memahami dan mencintai sesama saudaranya yang setanah air. Melahirkan ikatan cinta sebangsa dan setanah air yang bisa mendorong hidup bersama dalam damai dan harmoni,” kata Prawet Mee-Sen.
Amnuay Loi Lamai, salah satu keluarga angkat mengatakan ia merasa bahagia dan terikat dengan para pemuda yang datang dan tinggal bersamanya. Saling memahmi, menghargai dan mengenal satu dengan yang lain sebagai sesama anak bangsa. “Kami juga saling belajar budaya antara wilayah selatan dan wilayah tengah Thailand. Hidup dalam multikulutur yang damai. “ kata Lamai.
Atthakorn Sotou, orangtua pemuda yang mengikuti program ini mengungkapkan dia senang bisa mengenal keluarga angkat anaknya. “Anak saya bergama Kristen, ia datang dan tinggal bersama keluarga angkat Buddha. Mereka bertukar dan berbagai budaya. Hal ini membuat mereka sadar bahwa terlepas dari agama, mereka dapat hidup bersama,” kata Sotou.
Hal yang sama terjadi pada para pemuda muslim Thailand Selatan yang tinggal dan hidup bersama di keluarga angkat yang beragama Buddha. Mereka bertukar pengalaman dan saling memahami berbagai budaya. Hal ini membuat mereka sadar bahwa terlepas dari agama, mereka dapat hidup damai bersama.