Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand menggelar acara ulang tahun di Hotel JS Luwansa Jakarta Selatan pada Senin malam (17/2/2020). Acara berlangsung susana sangat akrab, meriah dengan aneka pertunjukan dan hidangan ala Thailand.
Acara ulang tahun ini dihadiri sejumlah tamu undangan. Di antaranya para atase pertahanan dari berbagai negara, para staf Kedubes Thailand, masyarakat Thailand di Indonesia, dan para mahasisawa Thailand yang sedang menempuh pendidikan di Jakarta.
Pada acara tersebut beragam foto dan papan informasi tentang Raja Vajiralangkorn, militer Kerajaan Thailand, bendera Thailand, dan berbagai dekorasi, menghiasi ball room hotel. Berbagai makanan khas Thailand dengan cita rasa pedas asam dan buah-buahan khas Thailand disajikan sepanjang acara.
Acara juga dimeriahkan dengan peragaan bela diri muay thai hingga pertarungan senjata di atas panggung yang mengundang perhatian hadirin.
Ulang tahun militer Thailand ini untuk memperingati kemenangan Raja Naresuan (Raja Sanphet II) dari Kerajaan Ayutthaya melawan Pangeran Mingyi Swa dari Kerajaan Taungoo (Kerajaan Burma) dalam pertempuran dengan gajah perang pada Januari tahun 1593. Ayutthaya menjadi cikal bakal Kerajaan Siam atau Thailand saat ini.
Keberadaan gajah perang sebagai bagian dari pasukan kavaleri memang menjadi bagian dari sejarah penting di Asia Tenggara, termasuk di Burma, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.
Di Indonesia, lambang gajah perang digunakan sebagai simbol Komando Daerah Militer Iskandar Muda di Aceh yang juga diceritakan Pramoedya Ananta Toer dalam roman sejarah arus balik. Buku ini bercerita tentang pasukan gajah di Tuban, Jawa Timur.
Pertarungan antarkerajaan di Asia Tenggara pada masa lalu merupakan pelajaran tentang geopolitik antarkekuatan yang ada. Berbagai kerajaan muncul silih berganti, termasuk wilayahnya yang bisa bergeser karena terjadinya perang dan perebutan kuasa.
Kalau dulu pada masa Kerajaan Ayuttahya, Vietnam, Kamboja, Thailand, Laos, dan Myanmar merupakan wilayah dari berbagai kerajaan kini masing-masing merupakan negara modern.
Pada suatu masa, Bangsa Thai pernah berkoalisi dengan Kerajaan Angkor (Bangsa Khmer) untuk melawan Kerajaan Campa, seperti diungkapkan Thearith alias John, pemandu resmi yang pernah ditemui di Kota Siem Reap, Kamboja.
Semasa itu, Kerajaan Dai Viet yang merupakan cikal bakal Vietnam baru bermukim di wilayah sekitar Hanoi. Setelah dikalahkan koalisi Khmer-Thai, suku bangsa Campa hidup tersebar di wilayah Vietnam dan Kamboja hingga kini.
”Bangsa Thai yang mulainya berasal dari selatan China, mulai tersingkir dari sana akibat serangan pasukan Mongol di bawah Kubilai Khan. Dalam perkembangannya, Bangsa Thai kemudian mendirikan dinasti sendiri di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Thailand,” kata Thearith.
Saat ini kelompok mayoritas Dai (dibaca Tai Zhu-suku bangsa Thailand) merupakan salah satu suku bangsa yang hidup di provinsi-provinsi selatan China, seperti Yunan dan Sichuan. Mereka memiliki tradisi mirip dengan bangsa Thailand, semisal saling menyiram air dalam Tahun Baru Songkran.
Selanjutnya pernah terjadi serangan Kerajaan Siam terhadap Kerajaan Angkor yang masih berpusat di sekitar Angkor Wat. Dalam kesempatan lain, bangsa Kamboja juga pernah mengalahkan bangsa Siam di tempat yang dinamakan sebagai Siem Reap.
Di sisi lain, bangsa Siam juga terlibat dalam peperangan dengan kerajaan-kerajaan yang menjadi cikal bakal Burma yang kini dikenal sebagai Myanmar. Pada suatu masa, ibu kota Ayutthaya yang menjadi pusat kekuasaan bangsa Siam pernah dihancurkan bangsa Burma. Bahkan catatan-catatan penting di Ayutthaya turut dibakar oleh pasukan Burma.
Pada era modern, seiring penjajahan Barat di Asia, kemampuan Kerajaan Siam menjaga netralitas, kemerdekaan, dan modernisasi, termasuk membangun militer yang modern, menjadi kunci bangkitnya Thailand.
Modernisasi dan reformasi berlangsung sejak zaman Raja Rama IV atau Raja Mongkut, Raja Rama V atau Raja Chulalangkorn, dan dilanjutkan Raja Rama IX atau Raja Bhumibol Adulyadej dan kini Raja Rama X atau Raja Vajiralangkorn yang juga penerbang jet tempur, mampu mengokohkan eksistensi Kerajaan Thailand di daratan Asia Tenggara. (dikutip dari Kompas.id dan berbagai sumber)