Menhan Thailand: Pengadaan Mesin Kapal Selam China Masih Dibahas

Menteri Pertahanan mengatakan ia yakin bahwa kesepakatan itu akan selesai dalam enam bulan ke depan


Bangkok, Suarathailand- Kekhawatiran pengawasan menunda penandatanganan proyek pengadaan kapal selam yang telah lama tertunda dengan China, Menteri Pertahanan Phumtham Wechayachai mengatakan pada hari Selasa. Ia menambahkan meskipun kesepakatan itu belum disetujui, ia yakin bahwa rinciannya akan selesai dalam waktu enam bulan.

Phumtham menekankan kesepakatan itu harus ditinjau secara menyeluruh terlebih dahulu, dengan mengatakan bahwa ia dan kepala angkatan laut Laksamana Jirapol Wongwit akan bertanggung jawab jika kesepakatan itu berdampak buruk pada Thailand.

"Saya telah memberi tahu Angkatan Laut Kerajaan Thailand dan duta besar China bahwa saya bukan orang yang membiarkan hal-hal berlarut-larut," katanya, seraya menambahkan bahwa ia gagal menutup kesepakatan itu pada bulan Desember tahun ini, karena menggunakan mesin buatan China alih-alih buatan Jerman merupakan masalah penting.

Phumtham mengatakan ia telah membahas sanksi penjualan mesin kapal selam ke China dengan pejabat militer Jerman, seraya menambahkan bahwa para pejabat itu telah berjanji untuk menanggapi. Ia akan menindaklanjutinya dengan surat resmi kepada pejabat militer dan akan menunggu tanggapan Jerman.

Mengacu pada klaim bahwa kapal selam China dapat menimbulkan risiko bagi nyawa mengingat kapal-kapal tersebut belum diuji di air, ia mengatakan China telah menjual delapan kapal selam ke Pakistan dengan mesin yang mirip dengan yang diusulkan oleh China untuk digunakan Thailand.

“Saya telah meminta duta besar Pakistan untuk mengerahkan kapal selam tersebut dengan cepat dan mengevaluasi apakah kapal selam tersebut aman setelah menggunakannya selama tiga hingga empat bulan, jadi saya yakin apakah mesin buatan China memiliki kinerja yang sama dengan yang dibuat di Jerman,” katanya.

Phumtham mencatat jika proyek tersebut dibatalkan, 8 miliar baht yang telah dihabiskan untuk proyek tersebut akan hilang, bersama dengan 80% pembayaran untuk kapal selam senilai 13 miliar baht dan 80% kemajuan dalam pembangunan dermaga dan pelatihan personel.

Proyek yang awalnya disetujui pada tahun 2017, telah menghadapi beberapa rintangan, termasuk kontroversi terkait mesin dan sanksi internasional.

Kesepakatan kapal selam senilai 13,5 miliar baht itu ditandatangani berdasarkan perjanjian antarpemerintah dengan China Shipbuilding & Offshore International.

Pembangunan kapal dilaporkan telah rampung 50% ketika tertunda karena Covid-19. Pembangunan kemudian ditunda lagi ketika rencana awal untuk menggunakan mesin diesel buatan Jerman dibatalkan karena Jerman menolak memasok mesin ke China karena mesin tersebut diklasifikasikan sebagai barang militer/pertahanan.

Share: