Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Presiden Iran menegaskan program pengayaan uranium Teheran akan terus berlanjut.
Teheran, Suarathailand- Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya siap menghadapi perang apa pun yang mungkin dilancarkan Israel terhadapnya.
Ia menambahkan tidak optimistis dengan gencatan senjata antara kedua negara, sekaligus menegaskan Teheran berkomitmen untuk melanjutkan program nuklirnya untuk tujuan damai.
Pezeshkian menyampaikan komentar tersebut dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera yang disiarkan pada hari Rabu, salah satu wawancara pertamanya sejak berakhirnya konflik 12 hari dengan Israel bulan lalu.
Komentar tersebut muncul ketika negara-negara Barat mengatakan mereka sedang mencari solusi untuk ambisi nuklir Iran yang sedang berlangsung pascakonflik tersebut, di tengah laporan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklirnya tidak terlalu merusak dibandingkan yang diklaim oleh Washington.
"Kami sepenuhnya siap menghadapi setiap langkah militer Israel yang baru, dan angkatan bersenjata kami siap menyerang jauh ke dalam Israel lagi," ujar Pezeshkian kepada Al Jazeera.
Iran tidak bergantung pada gencatan senjata yang mengakhiri perang 12 hari untuk bertahan, ujarnya.
"Kami tidak terlalu optimistis tentang hal itu," kata Pezeshkian.
"Itulah sebabnya kami telah mempersiapkan diri untuk setiap skenario yang mungkin terjadi dan setiap respons potensial. Israel telah merugikan kami, dan kami juga telah merugikannya. Israel telah memberikan pukulan telak kepada kami, dan kami telah memukulnya dengan keras, tetapi Israel menyembunyikan kerugiannya."
Ia menambahkan serangan Israel yang menewaskan tokoh-tokoh militer dan ilmuwan nuklir terkemuka, serta merusak fasilitas nuklir, telah berusaha untuk "melenyapkan" hierarki Iran, "tetapi Israel sama sekali gagal melakukannya".
Lebih dari 900 orang tewas di Iran, sebagian besar warga sipil, dan setidaknya 28 orang tewas di Israel sebelum gencatan senjata diberlakukan pada 24 Juni.
Program pengayaan akan dilanjutkan
Pezeshkian mengatakan Iran akan melanjutkan program pengayaan uraniumnya meskipun ada penolakan internasional, dengan mengatakan bahwa pengembangan kemampuan nuklirnya akan dilakukan "dalam kerangka hukum internasional".
"[Presiden AS Donald] Trump mengatakan bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir dan kami menerima ini karena kami menolak senjata nuklir dan ini adalah posisi politik, agama, kemanusiaan, dan strategis kami," ujarnya.
"Kami percaya pada diplomasi, jadi setiap negosiasi di masa mendatang harus berdasarkan logika saling menguntungkan, dan kami tidak akan menerima ancaman dan perintah."
Ia mengatakan klaim Trump "bahwa program nuklir kami telah berakhir hanyalah ilusi".
"Kemampuan nuklir kami ada di benak para ilmuwan kami, bukan di fasilitasnya," ujarnya.
Komentar Pezeshkian menggemakan pernyataan sebelumnya dari Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, yang mengatakan dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi AS Fox News yang ditayangkan Senin bahwa Teheran tidak akan pernah menghentikan program pengayaan uraniumnya, tetapi terbuka terhadap solusi yang dinegosiasikan untuk ambisi nuklirnya, yang menjamin bahwa program tersebut bertujuan damai sebagai tanggapan atas pencabutan sanksi.
Israel Berusaha 'Menggulingkan' Kepemimpinan
Pezeshkian juga membahas upaya pembunuhan yang dilakukan Israel terhadapnya pada pertemuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi di Teheran pada 15 Juni, yang dilaporkan menyebabkannya mengalami luka ringan.
Ketika ditanya tentang upaya pembunuhan tersebut, ia mengatakan bahwa itu merupakan bagian dari rencana para komandan Israel untuk menargetkan para pemimpin politik Iran setelah pembunuhan tokoh-tokoh militer senior, dalam upaya "untuk membuat negara itu kacau balau agar dapat menggulingkannya sepenuhnya".
Namun, rencana itu gagal, ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa serangan Teheran terhadap pangkalan Al Udeid Qatar setelah serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran bukanlah serangan terhadap Qatar dan rakyatnya.
"Kami bahkan tidak terpikir atau membayangkan akan ada permusuhan atau persaingan antara kami dan negara Qatar," ujarnya, seraya menambahkan bahwa ia telah menghubungi Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, pada hari serangan untuk menjelaskan posisinya.
"Saya katakan dengan jelas dan jujur bahwa kami tidak menyerang Negara Qatar, tetapi kami menyerang pangkalan Amerika yang mengebom negara kami, sementara semua niat kami terhadap Qatar dan rakyatnya baik dan positif."
Perundingan dengan kekuatan Eropa akan dilanjutkan
Araghchi mengatakan pada hari Senin bahwa Organisasi Energi Atom Iran masih mengevaluasi bagaimana serangan bulan lalu telah memengaruhi material yang diperkaya Iran, dan mengatakan Teheran akan segera memberi tahu Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tentang temuannya.
Ia mengatakan Iran tidak menghentikan kerja sama dengan IAEA, dan menambahkan bahwa setiap permintaan agar IAEA mengirim inspektur kembali ke Iran akan "dipertimbangkan dengan saksama".
Para inspektur IAEA meninggalkan Iran awal bulan ini setelah Pezeshkian menandatangani undang-undang yang menangguhkan kerja sama dengan badan tersebut.
Sementara itu, perundingan antara Iran, Prancis, Jerman, dan Inggris akan berlangsung di Turki pada hari Jumat.
Ketiga pihak Eropa dalam Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang ditandatangani Teheran dengan beberapa negara adidaya pada tahun 2015 sebelum AS menarik diri pada tahun 2018, menyatakan bahwa kegagalan Teheran untuk melanjutkan negosiasi akan menyebabkan sanksi internasional kembali dijatuhkan.