Vietnam telah menjadi pemasok beras terbesar ke Filipina selama puluhan tahun.
Menteri Pertanian Vietnam dan Filipina telah sepakat untuk membentuk aliansi industri beras antara kedua negara dan meningkatkan hubungan dagang menjadi kemitraan investasi di industri beras.
Pada pembicaraan di Hanoi pada tanggal 9 Juli, Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam Le Minh Hoan mengatakan Filipina adalah negara pengekspor beras terbesar Vietnam, menyumbang 35-40% dari total ekspor negara tersebut.
Statistik kementerian menunjukkan ekspor beras Vietnam berjumlah 4,68 juta ton pada semester pertama tahun ini, senilai 2,98 miliar USD, peningkatan volume sebesar 104% dan nilai sebesar 32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Industri beras Vietnam telah melakukan transformasi yang signifikan dalam produksi, konsumsi dalam negeri, dan ekspor dalam konteks pasar global dan selera konsumen yang berubah dengan cepat serta perubahan iklim, kata Hoan.
“Vietnam selama ini fokus pada peningkatan kualitas, pengurangan biaya, adaptasi terhadap perubahan iklim, pengurangan emisi, menjamin ketahanan pangan nasional, memperluas pasar ekspor, dan membangun merek beras yang berkelanjutan di pasar internasional,” katanya.
Hoan mengatakan produksi beras memainkan peranan penting dalam menjamin ketahanan pangan nasional dan regional, serta mendorong pembangunan ekonomi, menjamin stabilitas sosial, dan meningkatkan posisi Vietnam di kancah internasional.
Dengan strategi pertanian berkelanjutan dan pembangunan pedesaan pada tahun 2030 dengan visi hingga tahun 2045, Vietnam bertujuan mencapai rantai nilai pertanian yang ramah lingkungan dan rendah emisi.
Menteri Pertanian Filipina Francisco Tiu Laurel Jr menanggapi hal tersebut dengan mengatakan negaranya telah mengimpor 2,17 juta ton beras pada paruh pertama tahun ini, 1,59 ton di antaranya berasal dari Vietnam. Vietnam telah menjadi pemasok beras terbesar ke Filipina selama puluhan tahun.
Pekan lalu, pejabat dari Departemen Pertanian Filipina mengunjungi Delta Sungai Cuu Long (Mekong) untuk mempelajari model penanaman padi seluas 1 juta hektar.
Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi industri pertanian Filipina, termasuk rendahnya produktivitas dan produksi yang tersebar, membebani ketahanan pangan, Francisco meminta Vietnam untuk membentuk aliansi industri beras antara kedua negara. Hal ini akan mendorong hubungan perdagangan beras menjadi kemitraan investasi.
Ia mengatakan Filipina akan mempelajari peluang untuk mengimpor mesin dan teknologi dari Vietnam untuk diterapkan pada budidaya padi di Filipina. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengimpor pupuk dari Vietnam.
Sependapat dengan Francisco, Hoan mengatakan kemitraan investasi di industri beras akan memungkinkan Vietnam mengirimkan teknologi tepat guna untuk mengoptimalkan rantai produksi beras di Filipina, dibandingkan hanya mengekspor beras giling.
Tak hanya beras, Hoan juga mendesak kerja sama yang lebih besar di bidang perikanan.