420 Orang Meninggal Akibat Gempa-Tsunami di Sulteng

Korban tewas akibat gempa 7,4 SR dan tsunami di Sulteng mencapai 420 orang. Data tersebut dilaporkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wilem Rampangilei.

Jumlah korban belum termasuk Donggala yang masih belum bisa diakses di tengah komunikasi yang terputus.

"Itu baru yang di Kota Palu, belum yang di Kabupaten Donggala dan Sigi," kata Wilem Rampangilei di halaman rumah jabatan Gubernur Sulteng di Jalan Moh Yamin, Palu, Sabtu (29/9) malam, sebagaimana dikutip kantor berita Antara.

Willem menambahkan, korban tewas pasti masih bertambah karena banyak reruntuhan gedung seperti hotel-hotel besar, ruko, gudang, perumahan dan lainnya belum bisa disentuh pencarian.

"Kami kesulitan mengerahkan alat-alat berat untuk mencari korban di bawah reruntuhan gedung karena jalur jalan menuju Kota Palu banyak yang rusak," ujarnya.

Sementara itu, wartawan Kompas TV di Palu melaporkan bahwa mobilisasi sulit dilakukan lantaran bahan bakar minyak (BBM) di berbagai stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) telah habis.

Presiden Joko Widodo dijadwalkan untuk terbang ke kawasan terkena gempa, Minggu (30/9).

"Presiden akan meninjau penanganan darurat kemanusiaan, evakuasi para korban, serta menemui para korban bencana," kata juru bicara presiden, Johan Budi.

Dalam jumpa pers di kantornya di Jakarta, Sabtu (29/9), juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyebut, penanganan darurat masih dipusatkan pada pencarian dan penyelamatan.

Sutopo menyebut, selain 384 orang tewas, dan kemungkinan masih bertambah, sejauh ini 29 orang lain hilang dan 540 orang terluka.

"Para korban yang meninggal dunia itu sebagian karena tsunami: jasad mereka ditemukan di daerah pesisir," papar Sutopo pula -yang tetap bertugas kendati menderita kanker paru-paru stadium lanjut.

"Sebagian lagi yang meninggal itu karena gempa. Misalnya saat gempa itu tertimpa reruntuhan."

Tetapi, katanya, "Ini baru yang di Palu. Kerusakan di Donggala, masih belum terdata karena komunikasi terputus sama sekali dan daerah itu belum bisa dijangkau. dan listrik di sana mati total."

Belum jelas, bagaima upaya pemerintah untuk menjangkau Donggala.

Betapa pun, katanya, "kalau mengacu pada kekuatan gempa bumi, maka yang di Donggala kerusakannya bisa jauh lebih parah. Namun korban jiwa belum tentu, karena sebaran penduduknya berbeda," katanya pula.

Kerusakan di Palu pun tergolong parah: berbagai gedung hancur rata dengan tanah.

Itu karena kekuatan tsunami sangat dahsyat, kata Sutopo. "Di tengah laut kecepatannya hingga 400 km per jam, sehingga ketika menghantam daratan, gelombang air sangat tinggi dan kuat, dan daya rusaknya tinggi. Bisa menghancurkan infrastrukur," kata Sutopo pula. (Ant/bbc)



Share: